Breaking News

Minggu, 17 April 2016

Ebiet G Ade, Maestro Musik Pop Indonesia

(dok.showbizliputan6.com)


Ebiet G Ade, Maestro Musik Pop Indonesia

Sekilas Tentang Ebiet G Ade
Ebiet G Ade merupakan penyanyi dan pencipta lagu yang berasal dari Indonesia, dia mempunyai nama asli Abid Ghofar Bin Aboe Dja’far. Lagu-lagu ciptaannya kebanyakan bergenre balada dan bertemakan alam, cinta, sosial politik, bencana, religius, keluarga, orang-orang yang dipiggirkan dan masih banyak lagi tema-tema  yang lainnya.

Ebiet G Ade lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1954, dengan kedua orang tuanya yang bernama Aboe Dja’far dan Saodah. Ebiet merupakan anak paling muda dari ke 6 bersaudara, dia mempunyai seorang  istri bernama Yayuk Sugianto (m.1982) dan 4 orang anak yang masing-masing bernama Adera, Segara Banyu Bening, Byatriasa Pakarti Linuwih dan Abietyasakti Ksatria Kinasih.

Cita-cita semula dari Ebiet G Ade bukanlah menjadi seorang penyanyi ataupun pencipta lagu, tetapi dia bercita-cita ingin menjadi seorang insinyur, dokter ataupun pelukis. Namun nasib berkata lain dan semua cita-citanya tidak terwujud dan dia akhirnya menjadi seorang penyanyi, sebagai seorang penyanyi Ebiet lebih suka disebut sebagai penyair karena memang latar belakang karir musiknya dimulai dari karirnya sebagai seorang penyair.

Karirnya diawali pada tahun 1970 an yaitu dengan melihat dari kehidupan orang-orang Indonesia pada saat itu dan ini terus berlanjut hingga sekarang. Permainan gitar dari Ebiet G Ade serta sentuhan musiknya telah berhasil mendorong pembaharuan pada musik pop yang ada di Indonesia.

Sewaktu kuliah Ebiet G Ade sering berada dilingkungan seniman muda Yogyakarta, sehingga lingkungannya ini juga ikut membentuknya untuk menjadi seorang seniman musik yang luar biasa.

Apalagi setelah Ebiet G Ade bersahabat dengan seniman-seniman besar seperti :
-         Emha Ainun Najib (Penyair)
-         Eko Tunas (Cerpenis)
-         E.H Kartanegara (Penulis)

Sehingga Ebiet G Ade akhirnya bisa menjadi semakin mempunyai motivasi yang kuat dan juga berhasil membangkitkan daya kreativitasnya menjadi lebih baik lagi. Dan pada saat itu Malioboro, Yogyakarta dijadikan seperti rumah bagi Ebiet G Ade ketika kiprah kepenyairannya dikerjakan disana, karena di Malioboro inilah banyak para seniman berkumpul disana.

Nah, karena Ebiet G Ade tidak bisa mendeklamasikan puisi-puisinya secara langsung dari setiap puisi yang telah berhasil dia buat maka Ebiet menggunakan cara lain yaitu dengan menyanyikan puisi-puisi yang telah dia buat tersebut dengan diiringi petikan gitarnya yang mempesona.

Ebiet G Ade pertama kali belajar gitar dari kakaknya, kemudian dilanjutkan dengan belajar gitar ke Yogyakarta, dia berguru dengan Kusbini. Pertama kali Ebiet G Ade menyanyi ternyata itu hanya sekedar hoby saja, namun karena desakan dari para sahabatnya maka Ebiet G Ade akhirnya terjun ke dunia musik di Indonesia untuk ikut meramaikannya.

Meskipun pada awalnya, dia selalu ditolak oleh berbagai macam perusahaan rekaman tetapi akhirnya Ebiet G Ade dapat diterima oleh perusahaan rekaman Jackson Record pada tahun 1979.

Karir Musik Ebiet G Ade
Dari Yogyakarta akhirnya Ebiet G Ade pindah ke Jakarta untuk mengembangkan karir musiknya, dengan melalui rekaman demi rekaman akhirnya dia berhasil meraih kesuksesannya. Melalui album Camellia III, album ini pernah rekaman di Filipina dengan tujuan supaya dapat meraih hasil yang lebih baik.

Salah satu lagu dari Ebiet G Ade yang bernuansa alam berjudul Lolong merupakan lagu yang menceritakan tentang keindahan lolong. Perlu diketahui bahwa lokasi Lolong berada didaerah Karanganyar, Pekalongan, Jawa Tengah yaitu suatu lokasi tempat wisata yang berudara sejuk dan cukup indah pemandangannya.

Lagu yang berjudul Lolong, menggambarkan keindahan alam lokasi jembatan batu Lolong dengan aliran gemericik sungai yang menerpa batu hitam dimana letak  bebatuan bearada dibawah jembatan batu Lolong dengan aliran sungai yang bening dan menyejukkan suasana hati kita, seperti gambar dibawah yang berhasil diabadikan oleh Guntok pada saat berwisata kesana.


Jembatan Batu Lolong 
(dok. musik-sehat.blogspot.com)

Ebiet G Ade juga penah menolak, pada saat mendapatkan penawaran untuk merekam lagu-lagunya kedalam bahasa Jepang ketika Ebiet tampil di negara sakura tersebut. Ebiet juga pernah melakukan rekaman di Capitol Record Amerika Serikat melalui albumnya yang ke 8 dengan judul Zaman.

Pada sekitar tahun 1979 sampai dengan tahun 1983, Ebiet G Ade berhasil menguasai musik pop Indonesia dan dia akhirnya berhasil mendirikan dapur rekaman sendiri yang bernama EGA records pada tahun 1986, setelah perusahaan rekaman yang telah mempopulerkan namanya tutup.

Album-albumnya yang berhasil dirilis melalui perusahaan rekamannya sendiri, adalah :

1.  Menjaring Matahari

-        

2.  Sketsa Rembulan Emas

-        

3.  Seraut Wajah

-
Tetapi sangat disayangkan karena Ebiet sempat berhenti berkarya pada tahun 1990, karena Ebiet merasa tidak nyaman dengan kondisi musik Indonesia pada saat itu.

Baru pada tahun 1995, Ebiet mulai berkarya lagu dengan mengeluarkan album yang berjudul :-         

1.  Kupu-Kupu Kertas (1995)


2.  Cinta Sebening Embun (1995)

--

3.  Aku Ingin Pulang (1996)


4.  Gamelan (1998)


-  Berisi 5 lagu lama yang diaransemen dengan musik gamelan oleh Dwiki       Darmawan dan Kiwir
-        

5.  Balada Sinetron (2000)


6.  Bahasa Langit (2001)

-        

7.  In Love

-      
   In Love : 24th Anniversary yaitu peringatan untuk ulang tahun pernikahannya yang ke 25

Karena lagu-lagu hasil karya Ebiet banyak juga yang bernuansa bencana.

Maka ada beberapa lagunya yang terinspirasi juga dengan kejadian bencana alam yang telah melanda Indonesia, seperti :

Lagu yang berjudul Kita Untuk Mereka (2004) : Lagu ini dirilis karena terinspirasi oleh terjadinya tsunami 2004 di Aceh.

Lagu berjudul Berita Kepada Kawan (1978) : Lagu ini dirilis karena terinspirasi oleh kejadian bencana gas beracun di Dataran Tinggi Dieng

Lagu berjudul Sebuah Tragedi 1981 : Lagu ini dirilis karena terinspirasi oleh kejadian tenggelamnya KMP Tampomas II di kepulauan Masalembu

Lagu berjudul Untuk Kita Renungkan : Lagu ini dirilis setelah terjadi bencana  letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982

Lagu berjudul Masih Ada Waktu : Lagu ini dirilis setelah terinspirasi oleh kejadian kecelakaan kereta api Bintaro

Dari sekian banyak lagu-lagu yang berhasil diciptakan oleh Ebiet, maka semua lagu-lagunya dari album pertamanya sampai dengan sekarang,  masih tetap enak untuk dinikmati dan dia tidak pernah kehilangan penggemarnya sampai sekarang, dimana penggemarnya berada diseantero Indonesia bahkan juga penggemar-penggemarnya ada juga yang berada diluar negeri. Dan melalui kelompok nirlaba yang dibentuknya dengan nama Mem Bers EGA,  telah dapat memberi kesempatan bagi para penggemarnya untuk dapat saling berkomunikasi melalui wadah ini

Terima kasih sudah berkunjung diblog ini yang berisi artikel tentang EBIET G ADE, MAESTRO MUSIK POP INDONESIA   , semoga bermanfaat dan dapat menambah perbendaharaan musik kita. Tidak lebih indah dari kesempatan kita untuk dapat berbagi tentang informasi musik yang sudah kita dapat kepada teman-teman pecinta musik lainnya.

(Sumber : Wikipedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By